Universitas Negeri Semarang (UNNES)

Universitas Negeri Semarang (UNNES) adalah perguruan tinggi negeri yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional untuk melaksanakan pendidikan akademik dan profesional dalam sejumlah disiplin ilmu, teknologi, olah raga, seni, dan budaya. UNNES telah berdiri sejak tahun 1965 di kota Semarang, kota tua yang merupakan ibu kota provinsi Jawa Tengah. Dengan tujuh fakultas dan satu program pascasarjana, saat ini UNNES mendidik tidak kurang dari 22.000 mahasiswa yang tersebar dalam jenjang program Diploma, Sarjana, dan Pascasarjana.

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Semarang (FIP UNNES)

Fakultas Ilmu Pendidikan lahir bersamaan dengan kelahiran Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Semarang. Keberadaan IKIP Semarang dimulai dengan pendirian lembaga pendidikan guru. Pada waktu itu di kota Semarang diselenggarakan kursus yang menyiapkan guru SMPT dan SMTA, yaitu Meiddelbaar Onderwyzer A Cursus (MO-A) untuk calon guru SMPT dan Meiddelbaar Onderwijzer B Cursus (MO-B) untuk calon guru SMTA

Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Teknologi (CYBER COUNSELING)

sejalan dengan perkembangan teknologi komputer, interaksi antara konselor dengan klien tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya) melalui internet dalam bentuk “cyber counseling”

Selasa, 30 Desember 2014

LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN DI BIMBINGAN KONSELING KARIR

Layanan penempatan dan penyaluran 


A. Pengertian Layanan Penempatan dan Penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran adalah usaha membantu siswa merencanakan masa depannya selama masih di sekolah/Madrasah dan sesudah tamat , memilih program studi lanjutan sebagai persiapan dalam memangku suatu jabatan.(Winkel , 1991)
Layanan penempatan dan penyaluran menurut Mulyadi (2006) adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan klien memperoleh penempatan dan penyaluran yang sesuai dengan bakat , minat , dan kemampuan yang dimiliki oleh individu
Layanan penempatan dan penyaluran berusaha mengurangi kondisi ketidaksesuaian (missmatch) pada diri individu sehingga individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal , sehingga individu dapat mendapatkan tempat yang cocok bagi dirinya untuk mengembangkan segala potensi diri yang ada pada diri individu.

B. Tujuan Layanan Penempatan dan Penyaluran
Adapun tujuan dari layanan penempatan dan penyaluran adalah sebagai berikut:
a.       Tujuan umum , menurut Prayitno(2004) tujuan umum dari layanan penempatan dan penyaluran adalah diperolehnya tempat yang sesuai dengan individu untuk pengembangan potensi dirinya. Kesesuaian dengan tempat pengembangan diri yaitu berkaitan dengan lingkungan sekolah , organisasi , dan tempat bekerja.
b.      Tujuan khusus , menurut Prayitno (2004) tujuan khusus dari layanan penempatan dan penyaluran adalah membantu siswa mencapai kematangan dalam pengembangan penguasaan ilmu , teknologi , dan seni sesuai dengan program kurikulum dan rencana persipan karier melalui kelanjutan pendidikan ke pendidikan tinggi , serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang luas.

C. Fungsi Layanan Penempatan dan Penyaluran
Dalam layanan penempatan dan penyaluran terdapat empat fungsi utama , yaitu:
a.       Fungsi pemahaman , terpahaminya kondisi individu dan lingkungan yang ada dan dikehendaki serta mampu membuat individu memahami kondisi dirinya , potensi yang ada di lingkungannya , dan kondisi lingkungannya.
b.      Fungsi pencegahan , mencegah masalah individu jika lingkungan sesuai dengan keinginan pengembangannya selain itu fungsi pencegahan juga mencakup pencegahan terhadap semakin meluasnya masalah yang dialami oleh individu karena tidak mampu menyesuaikan diri di tempat yang telah dipilih.
c.       Fungsi pengentasan , menyelesaikan masalah yang dialami oleh individu karena ia tidak mendapat penempatan yang kondusif yang sesuai dengan diri individu tersebut ke penempatan yang kondusif yang sesuai dengan diri individu.
d.      Fungsi pengembangan dan pemeliharaan , fungsi ini bertujuan untuk mengembangkan potensi-potensi individu dan memeliharanya dari hal-hal yang menghambat dan merugikan perkembangannya.
e.       Fungsi advokasi , menghindari individu dari keteraniayaan diri dan hak-haknya

D. Komponen-komponen dalam layanan penempatan dan penyaluran
Dalam layanan penempatan dan penyaluran terdapat dua komponen utama yaitu :
a.       Konselor/guru pembimbing , merupakan komponen yang berperan sebagai penyelenggara yang mengupayakan kondisi lingkungan yang lebih kondusif bagi pengembangan kehidupan individu.
b.      Subjek layanan dan masalahnya , yang menjadi subjek layanan penempatan dan penyaluran adalah siapa saja yang membutuhkan kondisi yang lebih sesuai dengan kebutuhan kehidupan dan perkembangannya baik di lingkungan rumah , sekolah , maupun di lingkungan kerja.

E. Isi layanan penempatan dan penyaluran
Dalam layanan penempatan dan penyaluran , terdapat isi yang harus ada dalam setiap pemberian layanan. Isi-isi yang harus ada dalam kegiatan layanan penempatan dan penyaluran yaitu :
a.       Mengamati potensi yang ada di dalam diri siswa , meliputi ;
•         Potensi intelegensi , bakat , minat , dan kecenderungan-kecenderungan pribadi
•         Kondisi psikofisik seperti hyperaktif , cepat lelah , dan alergi terhadap kondisi lingkungan tertentu
•         Kemampuan berkomunikasi dan interaksi sosial
•         Kemampuan panca indera
•         Kondisi fisik seperti jenis kelamin , ukuran badan , dan keadaan jasmani lainnya.
b.      Kondisi lingkungan sekitar individu , meliputi ;
•         Kondisi fisik rumah , kelengkapan , dan tata letak
•         Kondisi udara dan cahaya
•         Kondisi hubungan sosio emosional
•         Kondisi dinamis hubungan kerja dan cara bertingkah laku
•         Kondisi statis seperti aturan-aturan dan batasan dalam kehidupan

F. hal yang harus dipersiapkan konselor dalam layanan penempatan dan penyaluran
Sebelum melaksanakan layanan penempatan dan penyaluran , seorang guru pembimbing/konselor harus melakukan persiapan-persipan yang berguna untuk menunjang kefektifan layanan penempatan dan penyaluran. Hal-hal yang harus dipersiapkan oleh guru pembimbing/konselor yaitu :
a.       Melakukan kajian dan potensi yang dimiliki oleh siswa
b.      Mengkaji kondisi lingkungan dari kondisi lingkungan yang paling dekat dengan permasalahan yang dialami siswa
c.       Mengkaji kondisi siswa dengan dan potensi yang dimiliki dengan rencana penempatan yang akan dilaksanakan
d.      Mengkaji kondisi dari lingkungan lain yang diperkirakan dapat ditempati siswa

G. METODE LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN
Adapun metode yang digunakan dalam layanan penempatan dan penyaluran adalah :
a.       Inventarisasi data pribadi siswa , sebagai langkah awal sebelum melaksanakan kegiatan layanan dengan mengumpulkan semua data yang berkaitan dengan diri pribadi siswa dari berbagai sumber
b.      Studi dokumentasi , yaitu melakukan kajian terhadap hasil penggunaan instrumentasi yang dilakukan kepada siswa seperti angket , inventori , dan wawancara juga data-data pribadi siswa yang telah dikumpulkan.
c.       Menentukan bentuk-bentuk penempatan yang akan dilakukan kepada siswa sebagai klien berdasarkan hasil studi dokumentasi data-data siswa
d.      Konselor dan siswa melakukan perencanaan berdasarkan asas kesukarelaan
e.       Strategi politik konselor yang melakukan kerja sama dengan pihak yang terkait dengan pengembangan siswa.

H. Wujud kegiatan layanan penempatan dan penyaluran
Adapun wujud dari layanan penempatan dan penyaluran kepada siswa , antara lain sebagai berikut :
a.       Penempatan posisi duduk siswa di dalam kelas
b.      Penempatan dan penyaluran siswa ke dalam kegiatan ekstrakulikuler
c.       Penempatan dan penyaluran siswa ke dalam kelompok  belajar
d.      Penempatan dan penyaluran siswa ke dalam organisasi siswa di lingkungan sekolah/Madrasah
e.       Pemindahan siswa ke dalam lembaga pendidikan yang lebih sesuai
f.        Penggantian mata pelajaran tertentu yang sesuai dengan kemampuannya
g.       Pemindahan asrama atau tempat kost siswa

I. Pelaksanaan layanan penempatan dan penyaluran
Adapun tahapan pelaksanaan layanan penempatan dan penyaluran yang dijalankan oleh guru pembimbing/konselor yaitu sebagai berikut :
a.       Tahap perencanaan , meliputi :
•         Identifikasi kondisi-kondisi yang menunjukkan permasalahan siswa
•         Menetapkan siswa yang akan menjadi sasaran layanan
•         Menyiapkan prosedur , langkah-langkah , dan fasilitas yang akan digunakan dalam kegiatan layanan penempatan dan penyaluran
•         Menyiapkan kelengkapan administrasi
b.      Tahap pelaksanaan , meliputi :
•         Melakukan analisis terhadap permasalahan yang dialami oleh siswa berdasarkan langkah-langkah prosedur yang telah ditetapkan
•         Melaksanakan layanan penempatan dan penyaluran
c.       Tahap evaluasi , meliputi :
•         Menetapkan materi evaluasi
•         Menetapkan prosedur evaluasi
•         Menyusun instrumen evaluasi
•         Mengaplikasikan instrumen evaluasi
•         Melakukan analisis hasil instrumen evaluasi
d.      Tahap analisis , meliputi :
•         Menetapkan standard evaluasi
•         Melakukan analisis
•         Menafsirkan hasil analisis
e.       Tahap tindak lanjut , meliputi :
•         Mengidentifikasikan masalah yang perlu ditindak lanjuti
•         Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut
•         Mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak lain yang terkait
•         Melaksanakan rencana tindak lanjut
f.        Tahap pelaporan , meliputi :
•         Menyusun laporan pelaksanaan layanan penempatan dan penyaluran
•         Menyampaikan hasil layanan penempatan dan penyaluran kepada pihak yang terkait
•         Mendokumentasikan hasil laporan layanan penempatan dan penyaluran

PENGERTIAN LAYANAN INFORMASI DI BIMBINGAN KARIR

Pengertian Layanan Informasi     


 
            Layanan informasi yaitu : layanan Bimbingan dan Konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien). Klien tidak hanya peserta didik tetapi bisa juga orang tua atau wali.
Layanan informasi, secara umum sama dengan layanan orientasi bermaksud untuk memberikan pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki. Layanan orientasi dan informasi merupakan perwujudan dari fungsi pemahaman pelayanan bimbingan dan konseling. Selain itu akan dapat menunjang pelaksanaan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling lainnya dalam kaitan antara bahan-bahan orientasi dan informasi itu dengan permasalahan individu. (Prayitno, 2008: 260)
            Menurut Prayitno, ada tiga alasan utama mengapa pemberian informasi perlu diselenggarakan. Pertama, informasi dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapi. Kedua, informasi dapat membantu dalam menentukan arah hidup. Ketiga, setiap individu adalah unik, keunikan itu akan menghasilkan keputusan dan tindakan yang berbeda-beda, sehingga dapat menciptakan kondisi baru.
            Dengan ketiga alasan itu, layanan informasi merupakan kebutuhan yang amat tinggi tingkatannya. Lebih-lebih apabila diingat bahwa “masa depan adalah abad informasi”, maka barang siapa yang tidak memperoleh informasi, maka ia akan tertinggal dan akan kehilangan masa depan.
Tujuan dan Fungsi Layanan Informasi
Layanan informasi bertujuan untuk membekali individu dengan berbagi pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan, dan mengembagkan pola kehodupan sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Pemahaman yang diperoleh melalui layanan informasi, digunakan sebagai bahan acuan dalam meningkatkan kegiatan dan prestasi belajar, mengembangkan cita-cita, menyelenggarakan kehidupan sehari-hari dalam mengambil sebuah keputusan.
Jenis-jenis Layanan Informasi
            Secara khusus dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling, ada tiga jenis informasi, yaitu (a) informasi pendidikan, (b) informasi jabatan , dan (c) informasi sosial-budaya.
a.       Informasi Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, terkadang terdapat masalah atau kesulitan yang dihadapi peserta didik. Masalah atau kesulitan itu berhubungan dengan (a) pemilihan program studi, (b) pemilihan sekolah, fakultas dan jurusannya, (c) penyesuaian diri dengan program studi, (d) penyesuaian diri terhadap suasana belajar, dan (e) putus sekolah. Mereka membutuhkan adanya keterangan atau informasi untuk dapat membuat pilihan dan keputusan yang bijaksana.
b.      Informasi Jabatan
Saat-saat transisi dari dunia pendidikan ke dunia kerja sering merupakan masa yang sangat sulit bagi banyak orang muda. Kesulitan itu terletak tidak saja dalam mendapatkan jenis pekerjaan yang cocok, tetapi juga dalam penyesuaian diri dengan suasana kerja yang baru dimasuki dan pengembangan diri selanjutnya. Untuk itu mereka membutuhkan banyak pengetahuan dan penghayatan tentang pekerjaan atau jabatan yang akan dimasukinya. Pengertian dan penghayatan ini diperoleh melalui penyajian informasi jabatan.
Informasi jabatan/pekerjaan yang baik sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut:
1.      Struktur dan kelompok-kelompok jabatan/pekerjaan utama.
2.      Uraian tugas masing-masing jabatan/pekerjaan.
3.      Kualifikasi tenaga yang diperlukan untuk masing-masing jabatan.
4.      Cara-cara atau prosedur penerimaan.
5.      Kondisi kerja.
6.      Kesempatan-kesempatan untuk pengembangan karier.
7.      Fasilitas penunjang untuk kesejahteraan pekerjaan, seperti kesehatan, olah raga dan rekreasi, kesempatan pendidikan bagi anak-anak, dan sebagainya.
c.       Informasi Sosial-Budaya
Masyarakat Indonesia dikatakan juga masyarakat yang majemuk, karena berasal dari berbagai suku bangsa, agama dan adat-isitadat serta kebiasaan-kebiasaan yang berbeda. Perbedaanperbedaan ini sering pula membawa perbedaan dalam pola dan sikap hidup sehari-hari. Namun, perbedaan yang dimiliki itu hendaknya tidak mengakibatkan masyarakatnya bercerai-cerai, tetapi justru menjadi sumber inspirasi dalam hidup bernegara, berbangsa dan bermasyarakat, yang dapat hidup berdampingan antara yang satu dengan yang lain.
Untuk itu, perlunya dibekali dengan pengetahuan dan pemahaman isi informasi tentang keadaan sosial-budaya berbagai daerah. Hal ini dapat dilakukan melalui penyajian informasi sosial-budaya yang meliputi:
1.      Macam-macam suku bangsa.
2.      Adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan.
3.      Agama dan kepercayaan-kepercayaan.
4.      Bahasa, terutama istilah-istilah yang dapat menimbulkan kesalahpahaman suku bangsa lainnya.
5.      Potensi-potensi daerah.
6.      Kekhususan masyarakat atau daerah tertentu.
Materi Umum Layanan Informasi
Materi yang dapat yang diangkat melalui layanan informasi ada berbagai macam, yaitu meliputi :
1.      Informasi pengembangan pribadi
Meliputi kegiatan pemberian informasi tentang:
•         Tugas-tugas perkembangan masa remaja akhir tentang kemampuan dan perkembangan pribadi
•         Perlunya pengembangan kebiasaan dan sikap dalam keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME
•         Usaha yang dapat dilakukan dalam mengenal bakat, bakat, minat serta bentuk-bentuk penyaluran dan pengembangannya
•         Perlunya hidup sehat dan upaya pelaksanaan
•         Usaha yang dapat dilakukan melalui Bimbingan dan Konseling dalam membantu peserta didik dalam menghadapi masa peralihan dari masa remaja awal kemasa remaja yang penuh tantangan.
2.      Informasi kurikulum dan proses belajar mengajar
Meliputi kegiatan pemberian informasi tentang:
•         Tugas-tugas perkembangan masa remaja berkenaan dengan pengembangan diri, ketrampilan, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
•         Perlunya pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, aktif terprogram, baik belajar sendiri maupun kelompok.
•         Cara belajar diperpustakaan, meringkas buku, membuat catatan dan mengulangi pelajaran
•         Kemungkinan timbulnya permasalahan belajar dan cara mengatasinya
•         Pengajaran perbaikan dan pengayan
•         Pelaksanaan pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam upaya meningkatkan kegiatan dan hasil belajar peserta didik
•         Kursus dan sekolah yang mungkin dimasuki setelah tamat
•         Tata tertib sekolah, cara bertingkah laku, tata karma dan bersopan santun Sistem penjurusan, kenaikan kelas, syarat-syarat mengikuti UN/UAN/US
•         Fasilitas belajar/sumber belajar
•         Cara mempersiapkan diri dan belajar di sekolah
3.      Informasi jabatan
Meliputi kegiatan pemberian informasi tentang:
•         Tugas perkembangan masa remaja tentang kemampuan dan perkembangan karir
•         Perkembangan karir dimasyarakat
•         Sekolah menengah, kursus-kursus, beserta program pilihannya, baik baik umum maupun kejuruan dalam rangka rangka pengembangan karir
•         Jenis tuntunan dan syarat-syarat jabatan yang dapat dimasuki tamatan SLTP/SLTA, seperti kemampuan, pengetahuan dan ketrampilan yang harus dimiliki.
•         Kemungkinan permasalahan yang muncul dalam pilihan pekerjaan atau karir dan tuntutan pendidikan yang lebih tinggi akibatnya.
•         Pelaksanaan pelayanan bimbingan karir bagi para peserta didik.
•         Syarat-syaratnya memasuki suatu jabatan, kondisi jabatan/karier serta prospeknya.
•         Langkah-langkah yang perlu ditempuh guna menetapkan jabtan/karier.
•         Memasuki perguruan tinggi yang sejalan dengan cita-cita karier.
4.      Informasi kehidupan keluarga, sosial kemasyarakatan, keberagaman, sosial budaya, dan lingkungan
Meliputi kegiatan pemberian informasi tentang:
•         Tugas perkembangan masa remaja tentang kemampuan berhubungan sosial
•         Cara bertingkahlaku, tata krama, sopan santun, dan disiplin
•         Tata krama pergaulan dengan teman sebaya, baik di sekolah sendiri maupun di sekolah lain, peserta didik dengan dewan guru dan karyawan dalam rangka kehidupan yang harmonis di lingkungan sekolah
•         Suasana dan tata krama kehidupan dalam keluarga
•         Nilai-nilai sosial, agama, adat istiadat, kebiasaan dan tata krama yang berlaku dilingkungan masyarakat
•         Hak dan Kewajiban warga negara
•         Kesamaan dan keterlibatan masyarakat
•         Peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat sekitar
•         Permasalahan hubungan sosial dan keterlibatan masyarakat beserta akibatnya
•         Pengenalan dan manfaat lingkungan yang lebih luas (lingkungan fisik, sosial dan budaya)
•         Melaksanakan pelayanan sosial

Metode Layanan Informasi di sekolah
a.       Ceramah
Merupakan metode pemberian informasi yang paling sederhana, mudah dan murah, dalam arti bahwa metode ini dapat dilakukan hampir oleh setiap petugas bimbingan di sekolah. Di samping itu, teknik ini juga tidak memerlukan prosedur dan biaya yang banyak. Penyajian informasi dapat dilakukan oleh kepala sekolah, konselor, guru-guru, dan staf sekolah lainnya.
b.      Diskusi
Dapat diorganisasikan baik oleh siswa sendiri maupun oleh konselor, atau guru. Apabila diskusi penyelenggaraannya dilakukan oleh para siswa, maka perlu persiapan yang matang. Siswa hendaknya didorong untuk mendapatkan sebanyak mungkin bahan informasi yang akan disajikannya itu, dari tangan yang lebih mengetahuinya. Konselor, guru bertindak sebagai pengamat dan sedapat-dapatnya memberikan pengarahan ataupun melengkapi informasi-informasi yang dibahas di dalam diskusi tersebut.
c.       Karyawisata
Merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar mengajar yang telah dikenal secara meluas, baik oleh masyarakat sekolah maupun masyarakat umum.
Penggunaan karyawisata untuk maksud membantu siswa mengumpulkan informasi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif, menghendaki siswa berpartisipasi secara penuh baik dalam persiapan maupun pelaksanaan berbagai kegiatan terhadap objek yang dikunjungi.
d.      Buku Panduan
Buku-buku panduan (seperti buku panduan sekolah atau perguruan tinggi, buku panduan kerja bagi para karyawan) dapat membantu siswa dalam mendapatkan banyak informasi yang berguna. Selain itu, siswa juga dapat diajak membuat “buku karier” yang merupakan kumpulan berbagai artikel dan keterangan tentang pekerjaan/pendidikan dari koran-koran dan media cetak lainnya.
e.       Konferensi karier
Penyampaian informasi kepada siswa dapat juga dilakukan melaui konferensi karier. Kadang-kadang konferensi ini juga disebut “konferensi jabatan”. Dalam konferensi karier, para narasumber dari kelompok-kelompok usaha, jawatan atau dinas lembaga pendidikan, dan lain-lain yang diundang, mengadakan penyajian tentang berbagai aspek program pendidikan dan latihan/pekerjaan yang diikuti oleh para siswa. Penyajian itu dilanjutkan dengan tanya jawab dan diskusi yang dilakukan secara langsung melibatkan siswa.
Layanan Informasi di Luar Sekolah
            Layanan informasi tidak hanya dibutuhkan oleh warga sekolah, tetapi juga diperlukan oleh warga masyarakat di luar sekolah. Jenis-jenis informasi yang diperlukan itu pada dasarnya sejalan dengan informasi yang telah diuraikan sebelumnya, yaitu informasi berkenaan dengan penghidupan yang lebih luas, yaitu perikehidupan beragama, berkeluarga, bekerja, bermasyarakat, dan bernegara dapat merupakan kebutuhan banyak warga masyarakat. Rincian berbagai informasi itu agaknya tidak terbatas, selalu dapat berubah sesuai dengan perubahan dan perkembangan masyarakat.

Prayitno,  1999. Panduan Kegiatan pengawasan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Jakarta:  PT Asdi Mahasatya.

PENGERTIAN LAYANAN ORIENTASI DI BIMBINGAN KARIR








A. PENGERTIAN LAYANAN ORIENTASI

                        Ada beberapa versi pengertian Layanan Orientasi yang kami dapatkan dari berbagai sumber, di antaranya:

                        Menurut Prayitno (2004) orientasi berarti tatapan kedepan ke arah dan tentang sesuatu yang baru. Berdasarkan arti ini, layanan orientasi bisa bermakna suatu layanan terhadap siswa baik di sekolah maupun di madrasah yang berkenaan dengan tatapan ke depan ke arah dan tentang sesuatu yang baru.
                        Layanan orientasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik  dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap peserta didik (terutama orang tua) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru ini.

                         Layanan orientasi mempunyai fungsi sebagai usaha pengenalan lingkungan sekolah sebagai lingkungan yang baru bagi siswa. Pengenalan-pengenalan lain yang dapat diberikan kepada siswa seperti kurikulum baru yang diterapkan sekolah, waktu proses belajar di sekolah. Pelaksanaan layanan orientasi ini berdasar pada anggapan bahwa memasuki lingkungan baru dan mengadakan penyesuaian bukanlah hal yang mudah (Prayitno & Amti, 1999).

                        Layanan orientasi yaitu layanan bimbingan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memahami lingkungan (sekolah) yang baru dimasukinya, dalam rangka mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu.

                        Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa layanan orientasi adalah layanan yang diberikan kepada peserta didik serta pihak-pihak lain untuk mengenal dan memahami keadaan dan situasi yang ada pada lingkungan sekolah secara umum agar peserta didik dapat dengan mudah menyesuaikan diri sebagaimana materi yang diberikan.

Adapun materi kegiatan layanan orientasi menyangkut:
Pengenalan lingkungan dan fasilitas sekolah.
1. Peraturan dan hak-hak serta kewajiban siswa.
2. Organisasi dan wadah-wadah yang dapat membantu dan meningkatkan hubungan sosial siswa.
3. Kurikulum dengan seluruh aspek-aspeknya.
4. Peranan kegiatan bimbingan karier.
f.     Peranan pelayanan bimbingan konseling dalam membentuk segala jenis masalah dan kesulitan siswa.


B. TUJUAN LAYANAN ORIENTASI


                                Layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau situasi yang baru. Dengan kata lain agar individu dapat memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari berbagai sumber yang ada pada suasana atau lingkungan baru tersebut. Layanan ini juga akan mengantarkan individu untuk memasuki suasana atau lingkungan baru.
                               Tujuan program orientasi ialah untuk memberikan pengenalan kepada murid-murid tentang kegiatan dan situasi pendidikan yang akan ditempuhnya.(Djumhur I. & Drs. Moh. Surya ; 47 ; 1975) Selain itu layanan orientasi diharapkan dapat mencegah timbulnya permasalahan penyesuaian siswa dengan pola kehidupan sosial, belajar dan kegiatan lain di sekolah yang berkaitan dengan keberhasilan siswa. Begitu juga bagi orang tua agar memahami kondisi dan situasi sekolah sehingga dapat mendukung keberhasilan anaknya.

C. FUNGSI LAYANAN ORIENTASI

                               Layanan orientasi di sekolah berfungsi untuk pemahaman dan pencegahan. Secara rinci pengertiannya menurut SK MENDIKBUD nomor 025/0/1995 jo SK Menpan nomor 84/1993 tentang Guru dan Angka Kreditnya adalah sebagai berikut:

             1. Fungsi pemahaman yaitu membantu siswa untuk mengenal dan memahami diri dan lingkungannya secara total. Dimaksudkan agar peserta didik dapat mengenal dan memahami lingkungan yang baru bagi dirinya, sehingga peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dengan dunia yang akan ditempuhnya.
             2. Fungsi pencegahan yakni upaya agar peserta didik terhindar dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang dapat mengganggu dan menghambat proses perkembangannya. Dimaksudkan agar peserta didik dapat terhindar dari permasalahan yang bisa timbul akibat tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga mengganggu keberhasilannya di sekolah maupun di luar. Serta peserta didik tidak merasa terkucilkan oleh teman-temannya.

D. METODE YANG DIGUNAKAN DALAM LAYANAN ORIENTASI

                          Metode yang dapat digunakan dalam pemberian layanan orientasi kepada siswa dapat dengan ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, program home room dan kunjungan lapangan.
Layanan orientasi bisa dilaksanakan dengan teknik-teknik:
1. Penyajian, yaitu melalui ceramah, tanya jawab, dan diskusi.
2. Pengamatan yaitu melihat langsung objek-objek yang terkait dengan isi layanan.
3. Partisipasi, yaitu dengan melibatkan diri secara langsung dalam suasana kegiatan, mencoba, dan mengalami sendiri.
4. Studi dokumentasi, yaitu dengan membaca dan mempelajari berbagai dokumen yang terkait.
5. Kontemplasi, yaitu dengan memikirkan dan merenungkan secara mendalam tentang berbagai hal yang menjadi isi layanan.
Teknik-teknik tersebut di atas dilakukan oleh konselor, penyaji, nara sumber, dan para peserta layanan sesuai dengan peran masing-masing.


E. PELAKSANANAAN LAYANAN ORIENTASI

Proses atau tahap layanan orientasi adalah sebagai berikut
1. Perencanaan. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah:
1)   Menetapkan objek orientasi yang akan dijadikan isi layanan,
2)   Menetapkan peserta layanan,
3)   Menetapkan jenis kegiatan, termasuk format kegiatan,
4)   Menyiapkan fasilitas termasuk penyaji, nara sumber, dan media,
5)   Menyiapkan kelengkapan administrasi.
1. Pelaksanaan. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah:
1)   Mengorganisasikan kegiatan layanan,
2)   Mengimplementasikan pendekatan tertentu termasuk implementasi format layanan dan penggunaan media.
1. Evaluasi. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah:
1)   Menetapkan materi evaluasi,
2)   Menetapkan prosedur evaluasi,
3)   Menyusun instrumen evaluasi,
4)   Mengaplikasikan instrumen evaluasi,
5)   Mengolah hasil aplikasi instrumen.
1. Analisis hasil evaluasi. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah:
1)   Menetapkan standar analisis,
2)   Melakukan analisis,
3)   Menafsirkan hasil analisis.
1. Tindak lanjut. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah:
1)   Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut,
2)   Mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada berbagai pihak yang terkait,
3)   Melaksanakan rencana tindak lanjut.
1. Laporan, meliputi:
1)   Menyusun laporan layanan orientasi,
2)   Menyampaikan laporan kepada pihak-pihak terkait (kepala sekolah atau madrasah),
3)   Mendokumentasikan laporan layanan.
Sumber: http://adventureisagoodteacher.blogspot.com/2011/10/layanan-orientasi-dan-layanan-informasi.html

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR




A.     Pengertian Diagnosis

         Diagnosis merupakan istilah teknis dibidang medis. Menurut Thorndike dan Hagen (1955:530-532), diagnosis dapat diartikan sebagai berikut :

          1.     Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala – gejalanya ;
          2.    Studi yang seksama terhadap fakta tentang sesuatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan – kesalahan dan sebagainya yang essensial.
          3.    Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang seksaama atas gejala – gejala atau fakta tentang suatu hal.

         Dari ketiga pengertian tersebut diatas dapat kita simpulkan bahwa di dalam konsep diagnosis, scera implicit telah mencakup pula konsep prognosisnya. Dengan demikian, didalam pekerjaan diagnosis bukan hanya sekedar mengidentifikasi jenis, karakteristik maupun latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.

B.   Pengertian kesulitan Belajar

         Burton (1952:622-624) mengidentifikasikan bahwa seorang siswa dapat dianggapa mengalami kesulitan belajar jika yang bersangkutan mengalami kegagalan (failure) tertentu dalam mencapai tujuan – tujuan belajarnya. Kegagalan belajar didefinisikan oleh Burton sebagai berikut :

          1.     Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (level of mastery) minimal dalam pelajaran tertentu seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru.
          2.    Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mencapai prestasi yang semestinya, sedangkan dalam prediksi hal tersebut dapat ia raih dengan hasil yang memuaskan.
          3.    Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat pengusaaan (level of mastery) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan pada tingkat pelajaran berikutnya.

C.   Diagnosis Kesulitan Belajar

         Dengan mengaitkan kedua pengertian diatsa maka kita dapat mendefinisikan diagnosis kesulitan belajar sebagai suatu proses upaya untuk memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan – kesulitan belajar dengan menghimpun berbagai informasi selengkap mungkin sehingga mempermudah dalam pengambilan kesimpulan guna mencari alternatif kemungkinan pemecahannya.

D.   Mengidentifikasi kasus kesulitan belajar

     Pada halaman berikut ini akan dijelaskan beberapa langkah operasional diagnosis kesulitan belajar.
         1.     Dengan metoda criterion referenced, maksudnya tes yang mengasumsikan bahwa instrumen evaluasi atau soal yang digunakan telah dikembangkan dengan memnuhi syarat – syarat tertentu. Tahapannya adalah sebagai berikut :

              a.    Menetapkan angka nilai kualitatif minimal yang dapat diterima, misalnya 5,0 atau 6,0.
              b.   Membandingkan prestasi dari setiap siswa dengan angka nilai batas lulus tersebut. Secara teoritis, mereka yang angka nilai prestasinya berada di bawah lulus sudah dapat diduga sebagai siswa yang mengalami kesulitan belajar.
              c.   Menghimpun siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar serta mencari siswa yang mengalami gejala terparah ( yang nilainya jauh dibawah siswa penderita kesulitan belajar lainnya )
              d.   Membuat rangking / tingkatan guna mempermudah dalam pemberian prioritas layanan psikologis.
         Dengan hasil penandaan itu maka dapat dikatakan bahwa kelas atau individu – individu tersebut memerlukan bimbingan belajar karena prestasinya belum memenuhi harapan (seperti yang digariskan dalam TIK). Sebagai bahan ilustrasi perhatikanlah grafik prestasi belajar berikut.

         Dalam grafik ini ditunjukkan terdapat enam siswa yang nilai prestasinya berada di bawah nilai batas lulus masing masing adalah A,E, I, J, L, M dimana E dan J dapat menjadi prioritas.
         Untuk kelanjutan pembahasan kasus, perhatikan juga grafik berikut ini.


         Dalam grafik kedua ini tampak dua siswa (E dan J) yang benar – benar jauh di bawah garis rata – rata (mean). Dengan demikian A, I, L, M dapat tidak menjadi kasus karena masih mendekati rata – rata.
         Dengan demikian, tampak jelas perbedaan grafik pertama dan kedua. Meskipun masih menggunakan nilai prestasi yang sama, jika norma atau ukuran yang dipergunakan dasarnya berbeda.

2.    Dengan metoda norm-references, maksudnya nilai prestasi rata-rata dijadikan ukuran pembanding bagi setiap nilai prestasi individu masing – masing siswa. Tahapannya adalah sebagai berikut :
a.   Mencari dan menghitung nilai rata – rata kelas atau kelompok
b.    Menandai siswa – siswa yang nilainya dibawah rata-rata
c.    Jika mau diadakan prioritas layanan bimbingan, terlebih dahulu harus membuat rangking seperti pada metoda pertama.

E.   Prosedur dan Teknik Diagnosis Kesulitan Belajar

         Ross dan Stanley (1956:332-341) menggariskan tahapan – tahapan diagnosis seperti yang tersaji pada halaman selanjutnya.

         Dari skema tersebut, tampak bahwa keempat langkah yang pertama dari diagnosis itu merupakan usaha perbaikan (corrective diagnosis) atau penyembuhan (curative). Sedangkan langkah yang kelima merupakan usaha pencegahan (preventive).
         Sedangkan menurut Burton (1952:640-652) penggolongan tahapan – tahapan diagnosis tidak didasarkan pada usaha penanganan, tetapi didasarkan [ada teknik dan instrumen yang digunakan dalam pelaksanaannya, seperti dibawah ini :
1.    General Diagnosis
Pada tahap ini lazim dipergunakan tes baku, seperti yang dipergunakan untuk evaluasi dan pengukuran psikologis dan hasil belajar. Sasarannya, untuk menemukan siapakah siswa yang diduga mengalami kelemahan tertentu.
2.    Analistic Diagnosis
Pada tahap ini yang lazim digunakan ialah tes diagnostik. Sasarannya, untuk mengetahui dimana letak kelemahan tersebut.
3.    Psychological Diagnosis
Pada tahap ini teknik pendekatan dan instrumen yang digunakan antara lain :
a.   Observasi
b.    Analisis Karya Tulis
c.    Analisis Proses dan respon lisan
d.    Analisis berbagai catatan objektif
e.    Wawncara
f.    Pendekatan laboratories dan klinis
g.    Studi Kasus
         Sasaran kegiatan diagnosis pada langkah ini pada dasarnya digunakan untuk memahami karakteristik dan faktor – faktor penyebab terjadinya kesulitan. Jika output dari layanan bimbingan belajar berupa perubahan pada diri siswa (terbimbing). Setelah menjalani tindakan penyembuhan (treatment). Maka output dari layanan diagnosis kesulitan belajar hanya sampai pada rekomendasi tentang kemungkinan alternatif tindakan penyembuhan.
         Jika kedua pendekatan tersebut diatas dijabarkan menjadi satu, maka hasilnya dilihat pada diagram berikut :

F.   Mengidentifikasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

         Pada dasarnya bila setiap kesulitan belajar terjadi, latar belakangnya akan bersumber pada komponen – komponen yang berpengaruh atas berlangsungnya proses belajar – mengajar sendiri.
         Berbagai variabel yang mempengaruhi proses belajar – mengajar menurut loree (1970:121-133) terdiri atas; 1) Stimulus atau learning variables, 2) Organismic Variables, 3) response Variable.
1.     Learning Variables, Mencakup
a.   Learning Experience Variables, antara lain mengenai
      1).  Method Variables, menyangkut kuat lemahnya motivasi untuk belajar, intensif – tidaknya bimbingan guru dan ada – tidaknya kesempatan untuk praktikum.
      2). Task Variables, mencakup menarik-tidaknya apa yang harus dipelajari, bermakna- tidaknya apa yang dipelajari dan tersedia-tidaknya fasilitas belajar yang memadai.

b.   Enviromental Variables, yang menyangkut iklim belajar yang bergantung pada faktor tersedianya waktu yang cukup untuk belajar dan tersedianya fasilitas belajar yang memadai    
2.    Organismic Variables, mencakup
a.   Characteristic of the learners, antara lain tingkatan inttelegensi, usia dan taraf  kematangan, jenis kelamin dan kesiapan untuk belajar.
b.   Mediating Processes, kondisi yang lazim terdapat dalam diri swasta, antara lain, intelegensi, persepsi, motivasi, takut, cemas dan tekanan batin yang sebagainya turut berperan dalam proses berperilaku belajar.
3.    Response Variables, Jika dikelompokkan berdasarkan tujuan pendidikan dapat dilihat sebagai berikut.
a.    Tujuan – tujuan kognitif , seperti pengetahuan, konsep – konsep dan keterampilan pemecahan masalah.
b.    Tujuan – tujuan afektif, seperti sikap – sikap, nilai – nilai, minat dan apresiasi.
c.    Tujuan – tujuan pola pola bertindak, antara lain ;
-                                                          Keterampilan psikomotoris, seperti menulis, mengetik, melukis, dsb.
-                                                          Kompetensi – kompetensi untuk menyelenggarakan pertemuan, berpidato, memimpin diskusi, pertunjukan, dsb.
-                                                          Kebiasaan – kebiasaan, seperti kebiasaan hidup sehat, kejujuran, kerapian, dsb.
         
Sedangkan menurut Burton ( 1952 : 633 – 640 ), variabel yang mempengaruhi proses belajar mengajar dapat dikelompokan menjadi dua faktor, yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa.
1.     Faktor – faktor dari dalam diri siswa, anatara lain ;
a.    Kelemahan secara fisik, seperti tidak berkembangnya susunan syaraf pusat karena cacat atau sakit, kurang berkembangnya panca indera sehingga menyulitkan proses interaksi penyakit menahun dan ketidakseimbangan perkembangan dan reproduksi.
b.    Kelemahan – kelemahan secara mental, seperti cacat mental, kurang semangat, serta trauma.
c.    Kelemahan – kelemahan emosional, seperti terdapatnya rasa tidak aman, tercekam rasa phobia, maupun ketidakmatangan.
d.    Kelemahan – kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan yang salah, seperti banyak melakukan kegiatan yang bertentangan dengan aktivitas sekolah.
e.    Tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan, seperti membaca, menghitung, dsb.

2.    Faktor – faktor dari luar diri siswa, antara lain ;
a.    Kurikulum yang seragam ( uniform ), bahan dan buku sumber yang tidak sesuai dengan tingkat – tingkat kematangan.
b.    Terlalu berat beban belajar / mengajar bagi siswa / guru.
c.    Terlalu besar populasi siswa dalam kelas.
d.    Terlalu banyak terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler.
e.    Kekurangan gizi.
Bruner and Bruner ( 1972 ) yang melekukan studi terhadap masalah putus sekolah di Indonesia, dari segi anthropologis ternyata menemukan kelemahan – kelemahan struktural yang fundamental, antara lain ;
1.     Pandangan masyarakat ( orang tua ) yang salah terhadap pendidikan.
2.    Adanya falsafat hidup “ nerimo ing pandum “ atau dengan kata lain tidak memiliki motif berprestasi ( n – Ach ).
3.    Tradisi hidup social dan ekonomi yang terbelakang.
Jika kita hubungan dengan uraian – uraian di atas, maka jika terdapat kasus kelemahan belajar dalam suatu kelas maka besar kemingkinan kelemahan itu bukan bersumber pada kelemahan siswa secara individual. Faktor yang memungkinkan terjadinya hal ini dapat berupa kualifikasi guru yang tidak memadai, system belajar – mengajar yang digunakan, pola keruangan sekolah atau bahkan system penilaian yang merugikan siswa.
Bermacam -  macam cara yang dapat digunakan untuk mengetahui sumber kelemahan belajar baik untuk kasus kesulitan belajar perkelompok maupun perindividu dan apakan dari dalam atau luar diri siswa. Diantaranya dengan mengetes IQ siswa, tes bahasa dan bilangan, oenganalisisan cara belajar siswa ataupun dengan bantuan dokter ahli jiwa.

G.   KESIMPULAN DAN PEMBUATAN REKOMENDASI PEMECAHAN KASUS

Jika terdapat kasus kesulitan belajar seperti tersebut di atas, maka hendaknya 1) menarik kesimpulan umum 2) membuat perkiraan, apakah masalah itu mungkin untuk diatasi, selanjutnya, 3) memberikan saran tentang kemungkinan cara mengatasinya.
1.     Untuk Kasus Kelompok
Jika mayoritas siswa nilai prestasinya tidak dapat mencapai batas lulus ( minimum acceptable performance ), kita dapat menyimpulkan bahwa kelas yang bersangkutan patut diduga sebagai kelas yang mengalami kesulitan belajar. Begitu juga dengan kelas yang bernilai prestasi kelas di bawah kelas yang setaraf, kelas ini juga patut diduga sebagai kelas yang mengalami kesulitan belajar.
Jika fakta di atas ternyata terjadi pada banyak bidang studi, dapat diduga bahwa letak kelenahannya bersifat integral ( menyeluruh ) yang menyangkut keseluruhan aspek kurikulum dan system pengajaran di kelas / sekolah yang bersangkutan, tetapi kalau kasus tersebut hanya terjadi pada bidang studi tertentu maka kelemahannya dapat dilokalisasikan pada system intruksional khusus yang dipergunakan oleh guru bidang studi.
Estimasi ( perkiraan ) dan saran kemungkinan cara mengatasi kasus di atas dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mendefinisikan 1) jenis dan sumber penyebab masalahnya, dan 2) karakteristik berat / ringannya masalah. Sampai saat ini sumber penyebab masalahnya dapat dikatakan dari luar diri diri siswa karena yang mengalami kesulitan hampir semua siswa dalam satu kelas sedangkan karakteristik masalahnya adalah sangat mungkin diatasi, berdasarkan gejala – gejala khas yang menyangkutkan kelompok.
Sedangkan kemungkinan cara mengatasi adalah dengan program pengajaran khusus ( pengayaan ) jika kelemahannya bersumber dari kurikulum. Jika kelemahannya bersumber dari system evaluasi, maka kemungkinan cara mengatasinya dengan pengembangan system penilaian yang menggairahkan siswa. Sedangkan jika kelemahan terdapat pada faktor kondisional, kemungkinan dapat diatasi dengan pemenuhan buku, laboratorium dan sebagainya.
2.    Untuk Kasus Individu
Jika ternyata hanya sebagaian kecil dari siswa (± 5 – 25 % ) yang angka prestasinya tidak memadai batas lulus dan atau lebih kecil dari rata – rata nilai prestasi kelas, kita dapat langsung menyimpulkan bahwa kasus kesulitan belajar itu bersifat individu.
Permasalahannya pun dapat disimpulkan lebih lanjut ;
a.             Bersifat menyeluruh, jika ternyata kelemahannya terjadi pada seluruh atau sebagaian besar bidang studi yang diikutinya.
b.             Bersifat segmental atau sektoral, jika ternyata kelemahannya terjadi pada sebagaian bidang studi yang diikutinya.
c.             Bersifat personal, jika ternyata kelemahan itu bukan dalam segi prestasi studi tetapi segi proses atau penyesuaian dirinya.
Sedangkan sumber dan faktor penyebabnya dapat berupa faktor organismik siswa yang bersangkutan, sukar mengubah diri dengan pola – pola kebiasaan belajar yang lebih sesuai, sikap menyepelekan system penilaian partisipasi dan belum menguasai pengetahuan dasar. Faktor dari luar diri siswa juga dapat berpengaruh pada hal ini, contohnya hampir sama pada kasus kelompok yang sebelumnya telah dijelaskan.
Untuk mengatasi kasus individu ini, sebelumnya harus kita bedakan dahulu, mana yang lebih muda diatasi dan mana yang lebih sulit. Jika faktor berpengaruh adalah faktor hereditas / gen maka usaha penyembuhan secara metodologis sangat kecil kemungkinannya untuk mendapatkan hasil. Yang diperlukan untuk siswa semacam ini adalah penyaluran / penjurusan kepada program pendidikan tertentu yang sesuai dengan kemampuannya.
Jika kelemahan itu bersumber dari aspek organismik lainnya, seperti kebiasaan belajar, minat dan lingkungan, maka penyembuhan secara metodologis dapat diterapkan meskipun hasilnya baru dapat dilihat dalam waktu yang relatif lama.

II. TINJAUAN PRAKTIS KESULITAN BELAJAR

A.  BERBAGAI MACAM KESULITAN BELAAJR
      Beberapa contoh kesulitan  belajar yang dapat dan sering didiagnosis adalah :
1.     Gangguan perhatian pada anak – anak
Anak tidak mampu memusatkan perhatiannya kepada sesuatu hal atau objek tertentu untuk jangka waktu yang cukup lama. Beberapa ahli menyebutkan perhatian anak pada kelompok ini kurang dari 10 detik.
2.    Distrakbilitas
Akibat kekurangan perhatian, penderita mempunyai kecenderungan untuk memperhatikan rangsang yang kurang menonjol, yang dapat berupa distrikdistrikbilitas visual, auditoris, dan internal.
Pada distribilitas visual, konsentrasi visual dialihkan ke benda- benda yang dilihatnya. Kedua matanya terus menerus menyelidik dan mencari pengalaman visual yang lebih seru serta lebih baik, akibatnya penderita sering memperlihatkan kekeliruan khas sewaktu membaca dan cenderung melompati kata – kata atau bahkan melewati begitu saja kalimatnya.
Pda distrikbilitas auditoris menyebabkan perhatian mudah teralih kepada suara – suara latar belakang. Pada distrikbilitas internal menyebabkan penderita terganggu oleh rangsangan yang berasal dari dalam dirinya berupa pikiran, ngatan, maupun asosiasiaya sendiri. Terlihat penderita sering melamun sehingga tidak memperhatikan pelajaran di kelas.
3.    Impulsif
Artinya cenderung bertindak tanpa mempertimbangkan akibat tindakana itu mereka cenderung memberikan respon pertama yang msuk dalam pikirannya dan lebih senang “cepat selesai” dalam mengerjakan sesuatu dan tidak mengutamakan ketelitian. Akibat impulsivitas, penderita tidak tepat dalam membaca, mengeja dan berhitung meskipunkonsep dasarnya telah dikuasai dengan baik.
4.    Kurang Ulet
Penderita akan menunjuukan sifat kurang ulet dalam bekerja sehingga pekerjannya jarang ernah selesai, selain itu juga akan mudah lelah sehingga berpikir lama kan mudah menguap, menggeliat, biasanya jam tidur juga tidak berimbang, siang hari suka tidur dan pada malam hari sering terbangun
5.    Selalu Berubah
Perhatian penderita akan sangat bergantung pada motivasinya, pada motivasi yang tinggi fokus perhatian akan lebih tajam, misalnya ; mengikuti acara televisi tertentu.
6.    Inkoordinasi
Artinya sukar melakukan kegaiatn motorik halus sehingga mengalami keslitan dalam menyalakan korek api, bermasalah dengan resleting, dan lain – lain.

B.   KESULITAN BELAJAR PARA ILMUWAN

      Rupanya gejala kesulitan belajar tidak hanya terjadi diderita oleh siswa ataupun para pendidik, hal inipun juga diderita oleh para ilmuan, diantaranya oleh Albert Einstein. Jika kita bicara sejarahnya, seringkali mengalami kegagalan dalam bidang bahasa, bahkan untuk ilmu eksak ia tidak tertarik dengan bidang ilmu yang membingungkan banyak orang ini, sehingga menurut gejalanya termasuk dalam Kurang ulet.
      Sementara itu Charles Robert Darwin, juga mengalami kesulitan belajar sampai akhir abad ke 20 tidak pernah teratasi. Dari berbagai sumber dapat disimpulkan bahwa kesulitan yang dialami oleh Darwin adalah kategori Distrikbilitas akut.

TREATMENT KESULITAN BELAJAR

TREATMENT KESULITAN BELAJAR DI BIMBINGAN DAN KONSELING BELAJAR 



                           Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan belajar, dapat dilakukan melalui enam tahap, yaitu:
1.        Identifikasi Masalah

                               Pada langkah ini yang harus diperhatikan adalah mengenal gejala-gejala awal dari suatu masalah yang dihadapi siswa. Maksud dari gejala awal disini adalah apabila siswa menujukkan tingkah laku berbeda atau menyimpang dari biasanya. Untuk mengetahui gejala awal tidaklah mudah, karena harus dilakukan secara teliti dan hati-hati dengan memperhatikan gejala-gejala yang nampak, kemudian dianalisis dan selanjutnya dievaluasi. Apabila siswa menunjukkan tingkah laku atau hal-hal yang berbeda dari biasanya, maka hal tersebut dapat diidentifikasi sebagai gejala dari suatu masalah yang sedang dialami siswa.
                               Dari artikel yang berjudul “Susahnya Mengajari Anak Berhitung” dapat dijadikan salah satu contoh kesulitan belajar pada anak. Kesulitan atau masalah yang ada pada anak diartikel ini adalah ia sulit untuk belajar berhitung, dimana siswa tersebut tidak juga paham bahkan cenderung tidak ingat dengan apa yang baru dipelajari meskipun sudah dijelaskan bagaimana cara berhitung oleh guru ataupun orang tua.
                                Pada dasarnya setiap anak memiliki bakat tertentu dalam bidang kecerdasan, yang terdiri dari beberapa macam kecerdasan dan salah satunya adalah kecerdasan logika-berhitung. Jika anak ternyata tidak memiliki bakat dalam berhitung atau metematika maka ia membutuhkan waktu lama untuk bisa memahami apa yang sudah di jelaskan oleh guru ataupun orangtua. Umumnya, anak-anak yang mengalami masalah dalam kegiatan berhitung tidak dapat mengingat apa yang sudah ia pelajari walaupun sudah diberikan penjelasan berulang-ulang.
Untuk itu perlu diberikan penanganan atau tindakan lanjut dari masalah / kesulitan belajar berhitung yang ada pada anak. Sebelum memberikan bantuan untuk memecahkan masalah yang ada pada anak, sebaiknya kita harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang telah mempengaruhi / melatarbelakangi kesulitan belajar berhitung pada anak tersebut.


2.        Diagnosis (Latar Belakang Masalah)

                                         Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya. Burton (1952) mengelompokkan secara sederhana ke dalam dua kategori faktor – faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa, yaitu :

a)    Faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan
b)   Faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.

                                       Dalam masalah atau kesulitan belajar berhitung pada anak, terdapat beberapa penyebab dari faktor internal (bersumber dari dalam diri anak) dan faktor internal (bersumber dari luar diri anak), sebagai berikut :

1)   Faktor internal / faktor yang terdapat dalam diri anak, antara lain :
-          Learning disability / gangguan dalam belajar
Ini merupakan salah satu faktor penyebab anak kesulitan belajar dan memahami pelajaran berhitung. Perlu adanya evaluasi dari praktisi atau profesional seperti psikolog untuk menganalisa kemungkinan adanya gangguan belajar pada anak.
-          Minat belajar belum berkembang optimal
Perkembangan kemampuan anak terhadap suatu tugas dipengaruhi oleh minat belajar. Jika anak tidak memiliki minat yang dominan pada bidang berhitung maka akan berpengaruh pada kualitas atau prestasi belajarnya.
-          Kemampuan dasar anak dalam memahami konsep angka masih kurang berkembang
Hal ini dapat terjadi jika anak belum mengenal konsep angka-angka dengan baik sejak usia dini. Selain itu, kemampuan anak dalam menulis juga masih belum benar sehingga secara keseluruhan anak kesulitan menyerap materi dan memberikan respon terhadap pelajaran yang menuntut kemampuan berhitung.
-          Masalah konsentrasi
Perhatian anak cepat teralih pada hal-hal lain di luar tugas-tugas yang diberikan . Sehingga ketika dihadapkan pada tugas berhitung, anak cenderung tidak akan bertahan lama dalam menyerap dan memberikan respon belajar.

2)   Faktor eksternal / faktor yang terletak di luar diri siswa (situasi keluarga, sekolah, dan masyarakat), antara lain :
-          Pola asuh yang otoriter
Mempengaruhi perkembangan kamampuan berpikir anak, salah satunya kemampuan berhitung. Jika orang tua memiliki standar standar atau tuntutan yang tinggi, maka anak menjadi tidak percaya diri dalam menunjukkan kinerjanya. Ia merasa cemas kareana takut melakukan kesalahan dan hal ini dapat mempengaruhi kemampuan otak dalam menyerap pelajaran yang kompleks.
-          Cara belajar tidak konsisten
Hal ini terjadi jika orang tua hanya memperhatikan hasil akhir yaitu nilai yang bagus dalam pelajaran berhitung tanpa memperhatikan proses anak memahami materi yang diajarkan.
-          Penggunaan alat bantu yang kurang efektif
Orang tua terkadang menerapkan cara belajar yang kurang tepat pada anak misalnya berhitung dengan menggunakan jari jemarinya tetapi terbatas sampai penjumlahan 10, sehingga ketika dihadapkan pada tugas berhitung di atas 10 anak akan mengalami kesulitan. Alat bantu sangat penting bagi anak terutama bagi yang baru belajar dasar-dasar operasi bilangan. Beberapa alat bantu yang dapat digunakan antara lain flash card (kartu pintar), puzzle angka, sempoa, dan lain-lain.

3.        Prognosis (Usaha Pemberian Bantuan)
                                         Langkah prognosis ini guru menetapkan alternatif tindakan bantuan yang akan diberikan. Selanjutnya melakukan perencanaan mengenai jenis dan bentuk masalah apa yang sedang dihadapi anak.
Prognosa artinya: “ ramalan ”. Dalam “Prognosa” ini antara lain akan ditetapkan mengenai bentuk “treatment” (perlakuan) sebagai follow up dari dari diagnosa. Dalam hal ini dapat berupa bentuk treatment yang harus diberikan, Bahan/materi yang diperlukan, Metode yang akan dipergunakan, Alat-alat bantu belajar mengajar yang diperlukan, Waktu ( kapan kegiatan itu dilaksanakan). Pendek kata, prognosis adalah merupakan aktivitas penyusunan rencana/program yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar anak.Pada kasus kesulitan belajar berhitung anak, maka akan dibuat alternatif tindakan bantuan, seperti berikut :
·         Mengenalkan konsep berhitung melalui kegiatan bermain
·         Guru dan orang tua bersikap positif terhadap aktivitas berhitung
·         Pastikan bahwa anak sudah memahami konsep angka dengan benar
·         Melatih kemampuan berhitung dari hal yang sederhana dan konkrit terlebih dahulu
·         Bermain
·         Remedial Teaching
·         Konsisten dalam menerapkan disiplin belajar
Kemungkinan masalah kesulitan belajar berhitung pada anak bisa diselesaikan, maka :
-          anak akan mempunyai minat yang dominan pada pelajaran berhitung.
-          kemampuan dasar anak dalam memahami konsep angka dapat berkembang.
-          anak akan lebih bisa konsentrasi dengan baik dalam belajar berhitung.
-          kualitas dan prestasi anak akan meningkat dengan hasil yang memuaskan.

4.        Treatment (Pemberian / Pelaksanaan Bantuan)

                                            Perlakuan di sini maksudnya adalah pemberian bantuan kepada anak yang bersangkutan (yang mengalami kesulitan belajar) sesuai dengan program yang telah disusun.
Tujuan dari tahap pemberian bantuan ini adalah untuk memberikan bantuan kepada siswa agar dapat menyelesaikan masalah kesulitan belajarnya sehingga dapat mencapai hasil yang optimal dan penyesuaian yang sehat. Setelah diketahui masalah siswa, faktor-faktor penyebab timbulnya masalah serta kemungkinan jika masalah siswa diatasi dan tidak diatasi maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan langkah inti yaitu pemberian bantuan (treatment).
Langkah-langkah untuk membantu anak dalam memecahkan masalah, sebagai berikut :
·         Masalah yang dihadapi anak :
-       Minat anak dalam belajar berhitung kurang sehingga menyebabkan anak sulit untuk belajar berhitung.
·         Bantuan yang diberikan / dilaksanakan
Adapun bantuan yang dapat diberikan / dilaksanakan,sebagai berikut :
1)      Langkah pertama kita sebagai orang tua atau guru harus membuat minat anak dalam belajar berhitung menjadi berkembang, sehingga ia dapat belajar berhitung dengan menyenangkan.
-       Mengenalkan konsep berhitung pada anak melalui kegiatan bermain
Melalui kegiatan bermain anak merasa tidak ada unsur keterpaksaan untuk mengenal konsep angka. Hal ini akan berpengaruh pada kemampuannya dalam melakukan aktivitas berhitung yang kompleks di masa yang akan datang. Cara yang dapat dilakukan misalnya bermain lompat tali sambil berhitung, menyusun mobil-mobilan sambil berhitung, atau mengajari konsep angka dengan lagu.
-       Bermain
Merupakan salah satu cara melatih ketertarikan anak pada kegiatan berhitung, misalnya teka-teki dalam bentuk cerita pendek, seperti “Ibu punya boneka 3, terus hilang 2. Jadi tinggal berapa ya?”. Bantu anak untuk memahami ketika ia terlihat kesulitan, bila perlu gunakan alat bantu untuk membantu anak memahami konsep berhitung yang disajikan dalam bentuk serita.
2)      Langkah kedua, setelah minat anak sudah dominan untuk belajar berhitung, kita dapat melatih sedikit demi sedikit kemampuan berhitung anak. Bantuan / tindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
-       Melatih kemampuan berhitung dari hal yang sederhana dan konkrit terlebih dahulu.
Gunakan fasilitas yang ada di sekeliling rumah untuk merangsang kemampuan berhitung anak, misalnya menghitung berapa banyak kursi yang ada dirumah, menghitung banyaknya benda berwarna biru , menghitung berapa banyak bantal dikamar, dan lain sebagainya.
-       Pastikan bahwa anak sudah memahami konsep angka dengan benar.
Sebelum belajar untuk melakukan operasi penjumlahan. Misalnya mengurutkan angka dari 1 sampai 10 dan juga mampu untuk menghitung mundur. Pastikan juga bahwa ia dapat menulis angka dengan benar.
-       Orang tua bersikap positif terhadap aktivitas berhitung
Orang tua yang menunjukkan sikap antusias dan tertarik pada bidang hitung menghitung cenderung berpengaruh positif terhadap anak-anak mereka. Anak-anak lebih percaya diri dalam belajar karena merasa orang tua selalu mendukung dan berada disampingnya jika ia dalam kesulitan. Orang tua seperti ini umumnya tidak akan memaksakan anak dan tidak menetapkan tuntutan yang tinggi karena segala sesuatu berorientasi pada anak-anak.
-       Konsisten dalam menerapkan disiplin belajar
Jangan pernah berharap anak menguasai pelajaran berhitung bila pola belajarnya tidak konsisten. Usahakan anak belajar dalam situasi tenang agar dia bisa berkonsentrasi tinggi, serta minimalkan gangguan yang ada misalnya matikan TV atau radio saat anak sedang belajar.


5.        Follow Up (Tindak Lanjut)

                                                     Tahap ini merupakan kegiatan lanjutan setelah semua tahapan diatas selesai dilakukan. Follow up berguna untuk melihat sejauh mana keberhasilan pemberian bantuan melalui proses studi kasus yang telah berlangsung. Juga sebagai upaya pemeliharaan yang dikembangkan oleh anak supaya mampu mengatasi masalahnya.
Bantuan yang telah diberikan kepada anak tidak akan berhasil tanpa tindak lanjut atau Follow Up. Untuk  mencapai  keberhasilan  bantuan  yang  akan  diberikan memerlukan waktu yang lama. Untuk itu perlu diadakan kerjasama dengan pihak lain, yaitu guru BP/BK, guru wali kelas, dan juga guru-guru pengajar. Dan karena keterbatasan waktu maka praktikan tidak dapat melakukan follow up (tindak lanjut) ini sendiri melainkan diserahkan kepada pihak yang lebih berwenang. Melalui kegiatan tindak lanjut dari pemberian bantuan diharapkan anak dengan cepat dapat mengatasi masalahnya dan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

Adapun kegiatan follow up (tindak lanjut) yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan dua pendekatan, sebagai berikut :
a)      Pendekatan pertama, yaitu penanganan matematika yang intensif, dapat kita lakukan dengan teknik “individualisasi yang dibantu tim”. Pendekatan ini menggunakan pengajaran secara privat dengan teman sebaya (peer tutoring). Pendekatan ini mendasari tekniknya pada pemahaman bahwa kecepatan belajar seorang anak berbeda-beda, sehingga ada anak yang cepat menangkap, dan ada juga yang lama. Teknik ini mendorong anak yang cepat menangkap materi pelajaran agar mengajarkannya pada temannya yang lain yang mengalami kesulitan belajar berhitung tersebut.
b)      Pendekatan kedua, yaitu Remedial Teaching, dapat dilakukan dengan meminta bantuan profesional seperti psikolog atau terapi jika hasil evaluasi menunjukkan bahwa anak mengalami gangguan konsentrasi ataupun gangguan belajar lainnya. Dengan kegiatan ini kita sebagai orang tua akan dilatih sesuai dengan kemampuan dan kemauan anak sehingga tidak ada unsur paksaan dalam belajar.

6.        Evaluasi

                                        Evaluasi di sini dimaksudkan untuk mengetahui, apakah treatment yang telah diberikan di atas berhasil dengan baik, artinya ada kemajuan, atau bahkan gagal sama sekali. Kalau ternyata treatment yang diterapkan tersebut tidak berhasil maka perlu ada pengecekan kembali ke belakang, faktor-faktor apa yang mungkin menjadi penyebab kegagalan treatment tersebut.
Alat yang digunakan untuk evaluasi ini dapat berupa Tes Prestasi belajar (Achievement Test). Untuk mengadakan pengecekan kembali atas hasil treatment yang kurang berhasil, maka secara teorotis langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah
Pada masalah kesulitan belajar berhitung anak, jika treatment (usaha pemberian / pelaksanaan bantuan) dilaksanakan atau diterapkan dengan baik sesuai langkah-langkah yang diberikan dan anak mengalami perubahan atau perkembangan yang baik dalam pelajaran berhitungnya, maka dapat dinyatakan bahwa treatment tersebut berhasil.
Untuk mengetahui lebih jelasnya apakah berhasil atau tidaknya treatment (pemberian / pelaksanaan bantuan) yang sudah diterapkan, maka kita dapat melakukan evaluasi (penilaian) yang berupa tes prestasi belajar, misalnya kita dapat memberikan soal kepada anak sesuai dengan pelajaran yang sudah ia pelajari. Apabila anak mendapat peningkatan dari tes sebelum perbaikan / penyembuhan masalah dilakukan, minimal anak harus bisa menjawab soal dengan benar mencapai 60 %, maka anak akan dinyatakan berhasil dan mengalami perkembangan yang baik dalam mengatasi masalah kesulitan belajar berhitungnya tersebut. Tetapi, apabila anak tidak dapat menjawab soal dengan benar maka anak dinyatakan tidak mengalami perkembangan dan masih belum berhasil dalam memecahkan masalahnya. Jika anak masih belum berhasil dalam mengatasi masalah kesulitan belajar berhitungnya, maka kita sebagai guru ataupun orang tua dapat memberikan follow up (tindak lanjut) sebagai langkah berikutnya untuk mengatasi masalah anak dari ketidakberhasilan pada tahap treatment yang sudah dilaksanakan. Jika masih belum berhasil juga dari penerapan tindak lanjut yang telah diberikan, maka kita harus mengadakan pengecekan kembali atas hasil treatment dan juga tindak lanjut yang kurang berhasil. Pengecekan ulang dapat dimulai dari Re-Ceking data (baik pengumpulan maupun pengolahan data). Re-Diagnosa, Re-Prognosis, Re-Treatment, Re-Follow up dan Re-Evaluasi.

Sabtu, 20 Desember 2014

KUMPULAN MATERI BIMBINGAN KONSELING TIK

KUMPULAN MATERI BIMBINGAN KONSELING TIK


NO
MATERI
DOWNLOAD
1
MPIBK-13081-EKO MAHESTY NOORJANAH
2
chika jadi bismilah 3  show.pps
3
MPIBK_13063_Salia Uriepa.ppsm
4
MPIBK-13074-DWI LAKSMI DANISWORO
5
MPIBK_13035_Nurlaeli Isnaeni
6
MPIBK-13073-Angga Nurlitasari
7
MPIBK-13080-SUGESTI YOAN AHMAD YANI
8
MPIBK-13068-SURYONO DWI PRABOWO
9
MPIBK-13025-AULIA DWIKINTARI
10
MIPBK-13059-Christina Dyah Ayu Puspaningtyas
11
MPIBK_13044_Femy Ariefiane Chandra
12
MPIBK-13085-Imamma Anindita
13
MPIBK-13005-Sitta Arifiani
14
MPIBK-13084-RIVRINA SUGIYANTO
15
MPIBK-13086-Apriliani CP
16
MPIBK-13046-TARA GHEASANTI NURTIFFANY